Jumat, 11 Februari 2011

Memimpikan Kota Kupang Sebagai “Kota Yang Sehat”

Oleh: Wilson M.A. Therik, SE.,MSi


MARI memimpikan Kota Kupang yang berbeda dibandingkan yang ada saat ini. Kota yang bukan saja berkembang di bidang ekonomi (perdagangan dan jasa), namun juga berkembang sebagai kota yang sehat (healthy city). Kota sehat adalah kota yang segenap warganya bisa hidup layak, terpenuhi kebutuhan dasarnya: pangan, sandang, papan (pemukiman), pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan dasar. Kota yang pertumbuhan ekonominya mampu menyerap tenaga kerja yang ada, menyediakan ruang publik: Taman-taman kota, pedestrian, museum, dan sebagainya, yang memadai bagi warga.

Kota yang lalu lintasnya teratur dan angka kriminalitasnya bisa ditekan serendah mungkin. Kota yang tidak tergenang air setiap tahun di musim hujan, yang tidak kekurangan air di musim kemarau. Kota yang pemukimannya tidak sehat (kumuh) berganti menjadi pemukiman yang sehat, pemukiman yang higiene dan sanitasinya memadai. Kota yang tidak setiap ditahun dilanda Demam Berdarah Dengue (DBD).


Cordia Chu (Healthy Cities Update, 1996) menyatakan, kota sehat memungkinkan warganya mengembangkan potensi dirinya jadi sejahtera dan produktif, yang memungkinkan mereka memberi kontribusi bagi pengembangan kotanya. Kota sehat dan kota yang berkembang ekonominya adalah dua sisi mata uang yang sama. Tak ada kota yang ekonominya bisa berkembang secara berkelanjutan tanpa mengadopsi konsep kota yang sehat.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, (1992) merumuskan konsep kota sehat sebagai: The healthy city project is rooted in a concept of what city is and a vision of what healthy city can become. A city viewed as complex organism that is living, breathing, growing and constantly changing. A healthy city is one that improve its environment and expands its resources so that people can support each other is achieving their highest potential.

Kota sehat diibaratkan organisme hidup yang kompleks, bernapas, bertumbuh, dan terus-menerus berubah. Kota yang terus mengembangkan sumber dayanya sehingga warganya dapat saling mendukung dalam
memaksimalkan potensinya. Dengan sendirinya harus ada keseimbangan antara pengembangan ekonomi untuk kepentingan komersial dengan kepentingan sosial. Antara aspek privat dan aspek publik.

Dalam konteks Kota Kupang, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, hal di atas menuntut kemampuan pemerintah untuk mengembangkan kepentingan bisnis dengan kepentingan publik warganya. Sudah jamak diketahui bahwa kepentingan publik sering kali dikalahkan.

Konsep kota sehat juga meniscayakan pentingnya daya tanggap pemerintah dalam menyelesaikan masalah seperti wabah DBD yang sering melanda Kota Kupang dan kota-kota lainnya di Nusa Tenggara Timur maupun
kota-kota besar lainnya di Indonesia. Program promosi kesehatan seharusnya digalakkan. Bukannya bertindak secara reaktif dan menyalahkan korban seperti yang terjadi saat ini. Membiarkan DBD terus terjadi setiap tahun bisa disebut sebagai bentuk pengabaian oleh negara (state neglect).

Konsep kota sehat menurut WHO (1992:3) memang menempatkan aspek keadilan sosial sebagai pilar utamanya. Pilar utama itu didukung oleh pilar-pilar lainnya yang berupa lingkungan fisik yang bersih, aman dan tertata. Ekosistem yang seimbang dan dikelola dengan paradigma pembangunan berkelanjutan. Mendayagunakan alam untuk kepentingan generasi saat ini tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang.

Kota sehat juga ditandai tingkat partisipasi warga yang tinggi dalam pengambilan keputusan mengenai tata kota. Terpenuhinya kebutuhan dasar (makanan, air bersih, pemukiman, pekerjaan, pendapatan dan pendidikan) bagi seluruh warga kota. Adanya pertumbuhan ekonomi yang mantap. Adanya penghargaan terhadap gedung-gedung kuno yang merupakan jejak sejarah dan jati diri kota. Adanya ruang publik dan sarana rekreasi yang terjangkau masyarakat kota (Chu dan Simpson, Ecological Public Health, From Vision to Practive, 1996).

APAKAH deretan panjang prasyarat kota sehat itu mungkin diwujudkan di Kota Kupang? Tentu saja mungkin. Konsep kota sehat semakin banyak diadopsi di berbagai negara saat ini. Bukan saja di negara-negara maju, namun juga di negara-negara sedang berkembang yang kondisi sosial ekonomi, politik dan budayanya tidak terlalu jauh berbeda dengan kota-kota di Indonesia termasuk Kota Kupang.

Di Asia Tenggara, lihatlah kota-kota seperti Kuala Lumpur, Bangkok dan Manila. Kota-kota ini semakin serius menata diri menuju kota sehat. Kota-kota ini telah bergabung dalam Global Healthy Cities Movement yang diprakarsai PBB.

Kita memang tertinggal. Bahkan, akan semakin jauh tertinggal bila tidak mulai memimpikan dan meyakini bahwa konsep kota sehat mungkin diwujudkan. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa modal dasar pengembangan kota sehat adalah kemauan dan komitmen pemerintah kota. Serta adanya pemerintahan yang baik, transparansi, akuntabilitas dan kesediaan mendengar aspirasi masyarakat. Pemerintahan yang baik memungkinkan pemerintah kota mengenali potensi kotanya. Mampu menetapkan prioritas dan mengelola sumber daya yang terbatas secara tepat.

Pemerintahan yang baik akan menumbuhkan rasa percaya (trust) masyarakat. Ini akan memicu masyarakat berperilaku kontributif dan partisipatif bagi pengembangan kota sehat. Kota sehat memang tidak mungkin lahir dari pemerintahan yang buruk dan masyarakat yang apatis.

Pemerintahan yang bersih, kreatif dan berkomitmen akan memberi inspirasi bagi masyarakat untuk menyumbang bagi terwujudnya kota sehat. Pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat bisa memulainya lewat hal-hal kecil, menyediakan tempat-tempat sampah lebih banyak dan memberi contoh tidak membuang sampah sembarangan. Memberi contoh mempraktikan 3M (menutup,menguras dan mengubur) sampah yang potensial menjadi tempat berkembang biak jentik nyamuk demam berdarah.

Memberi contoh tidak merokok. Memberi contoh tidak saling-menyalib dan berlomba membunyikan klakson di jalan-jalan raya. Memberi contoh perilaku beradab di kota.

Kepada Drs. Daniel Adoe (Walikota Kupang terpilih) dan Drs. Daniel Hurek (Wakil Walikota Kupang terpilih) periode 2007-2012, mulai-lah membangun Kota Kupang menuju kota sehat. Kota sehat memang tidak bisa diwujudkan dalam sehari. Roma, contoh kota sehat, juga tidak dibangun dalam sehari.

*Artikel ini telah dimuat di Harian Kota KURSOR tanggal 27 Juli 2007

Sumber :
http://pskti.uksw.edu/pskti-arsip/articles/nusa-tenggara/2007/07/kota-sehat/ 

Sumber Gambar:
http://odymesakh.wordpress.com/2009/09/25/wajah-kota-kupang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar